Sejarah Kampus Hijau Universitas Andalas

Overview

Kampus Tertua di Luar Jawa

Universitas Andalas Universitas ini merupakan universitas tertua di luar Pulau Jawa yang dibuka secara resmi pada tanggal 23 Desember 1955 oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada saat itu, Unand adalah universitas keempat yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia.

  • 1600s: Our early origins

  • 1700s: Athena and American revolution

  • 1800s: A century of growth

  • 1900s: A century of progress

  • 2000s: Rapid evolution and breakthrough discovery

1948-1958

Periode Awal
Keinginan untuk mendirikan suatu jenjang pendidikan tinggi di Sumatra Barat baru dapat diwujudkan pada tahun 1948 dengan mendirikan enam akademi, yaitu: Akademi Pamong Praja, Akademi Pendidikan Jasmani, Akademi Kadet, Akta A Bahasa Inggris, dan Sekolah Inspektur Polisi. Pada tanggal 17 Agustus 1951 yayasan pendidikan bernama Yayasan Sriwijaya untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila (BPTHP) di Padang. Selanjutnya diikuti dengan berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar (1954), Perguruan Tinggi Negeri Pertanian di Payakumbuh pada tanggal 30 November 1954, dan Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) di Bukittinggi pada tanggal (1955). Kelima fakultas itu menjadi cikal bakal dalam mendirikan Universitas Andalas. Pada tanggal 13 September 1956, Wakil Presiden Mohammad Hatta meresmikan pembukaan Universitas Andalas di Bukittinggi.

1958-1961

Era pergolakan
Beberapa bulan setelah meresmikan Unand, Bung Hatta yang tidak sepaham lagi dengan Presiden Soekarno meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden. Sehingga berakhirlah Dwi Tunggal Soekarno-Hatta. Beberapa tokoh militer dan politik pun kemudian bersepakat untuk "menegur" pusat dengan mendirikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan menjadikan Sumatra Tengah, khususnya Sumatra Barat sebagai basisnya. Oleh karena itu, banyak dosen dan mahasiswa Unand yang menunjukkan kesepahamannya dengan PRRI. Akibatnya, Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan untuk menumpas PRRI juga memporakporandakan kampus Unand yang tersebar di beberapa kota: Padang, Bukittinggi, Batusangkar, dan Payakumbuh serta juga yang baru dibangun di Baso. Situasi politik pada waktu itu benar-benar tidak kondusif untuk melaksanakan aktivitas perkuliahan. Dosen-dosen yang didatangkan dari luar negeri, terutama dari Eropa, ada yang pulang ke negaranya masing-masing dan ada pula yang pindah ke Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. Pada masa PRRI dapat dikatakan sebagai masa kemunduran Universitas Andalas.

1754

Situated on 13.7
Pada tahun 1961 Unand membuka kembali Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan memindahkannya ke Padang. Sedang FIPIA baru dapat dibuka setahun kemudian dan itu pun hanya untuk satu Jurusan Biologi.

1788

Situated on 13.7
Perguruan Tinggi Ekonomi yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Pancasila pada tanggal 7 September 1957 menggabungkan diri dengan Unand. Pada tanggal 9 Oktober 1963, Unand membuka Fakultas Peternakan. Fakultas ini merupakan yang pertama didirikan di Indonesia. Dengan demikian, sampai tahun 1963 Unand telah memiliki 6 (enam) fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Pertanian, Kedokteran, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, Ekonomi, dan Peternakan. Adapun FKIP telah berkembang menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan sekarang berubah nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).

1990

Situated on 13.7
Pada tahun 1982 Fakultas Sastra, mulai menerima mahasiswanya untuk angkatan pertama. Pada awalnya fakultas ini bernama Fakultas Sastra dan Sosial-budaya, kemudian berganti nama karena mengikuti SK Diretorat Jendral Pendidikan Tinggi. Konsekwensinya, Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi yang juga dibuka “dititipkan” di Fakultas Sastra.

1994

Situated on 13.7
Unand membuka pula dua Prodi Teknik Mesin dan Teknik Sipil (1985), yang merupakan cikal bakal Fakultas Teknik. Pengelolaan kedua prodi berada di FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),[5] sedangkan dalam pelaksanaan perkuliahannya Unand berkerja sama dengan ITB. Pada tahun 1992 sebanyak 60 orang mahasiswanya berhasil menyelesaikan studinya. Setahun kemudian (13 Mei 1993) pendirian Fakultas Teknik disetujui oleh Dirjen DIKTI.

1999

Situated on 13.7
PAAP (Pendidikan Ahli Administrasi dan Perusahaan) yang dibuka di Fakultas Ekonomi (1975), pada tahun 1982 berubah menjadi Program Diploma III (D-III) Ekonomi. Unand merintis pula pembukaan dua Fakultas Non-gelar Teknologi (1982): Politeknik Teknologi dan Politeknik Pertanian. Kedua Program Non-gelar Politektik Teknologi dan Pertanian mulai menerima mahasiswanya pada tahun akademik 1987/1988 dan 1988/1989.

2010

Situated on 13.7
A writer in the Boston press accused Harvard of poisoning students’ minds with Edward Gibbon’s monumental “History of the Decline and Fall of the Roman Empire” (1776-88). President Joseph Willard replied that far from even considering Gibbon, the College used a text by French historian Abbé Millot. Nathaniel Ames, who left Harvard around 1812, recalled Millot’s as “the most utterly worthless and contemptible work of that kind or any other extant.”